Mie Banglades, Mie dari Bangladesh?



Kali pertama mendengar Mie Banglades, yang terlintas di pikiran saya adalah kreasi mie ini berasal dari negara Bangladesh. Seperti misalnya Mie Aceh yang berasal dari Aceh, juga Mie Godog Jawa yang berasal dari Jawa. 

1. Sejarah Mie Banglades

Setelah mendengar cerita dari Pak Suami sebagai orang pertama yang mengenalkan saya kepada Mie Banglades yang sedang viral di Medan melalui foto-fotonya. Akhirnya saya pun kepo mencari tahu kenapa sih dinamakan Mie Banglades, yang ternyata sama sekali tidak ada kaitannya dengan negara Bangladesh. Jadi, nama Mie Banglades ini diambil dari nama warung Mie di Lhokseumawe milik Almarhum Abdullah Arsyad atau yang dikenal dengan panggilan Bang Lah, beliau berasal dari kampung Delima, Sigli. Dari situlah nama Mie Banglades (Bang Lah Delima Sigli, jadilah Banglades) berasal. Plot twist banget ga sih?

Mie Banglades ini sebenarnya Mie instan yang dimasak dengan sedikit kuah atau istilahnya Mie nyemek. Bedanya, mie ini dimasak dengan tambahan rempah-rempah khas Aceh. Selain itu, ditambahkan juga telur setengah matang atau disebut dengan puding telur. Jangan bayangkan puding ini seperti agar-agar puding ya guys, karena puding ini ya cuma telur ceplok setengah matang yang disajikan di atas Mie Banglades. Amis ga sih? Mungkin untuk orang-orang yang sensitif terhadap bau-bauan akan tercium sedikit amis, tapi bagi saya pribadi sih tidak amis sama sekali karena bumbu mienya yang lebih kuat. Melebihi kekuatan bulan kalau kata Mba Sailor moon mah
Nah, Mie Banglades ini awalnya viral di Kota Medan, sebelum akhirnya viral juga di Jakarta dan sekitarnya. Kepopulerannya tentu saja tidak lepas dari "the power of nitizen". Banyak sekali konten kreator yang membagikan pengalamannya mencicipi Mie Banglades hingga akhirnya banyak nitizen yang fomo dan latah ikut-ikutan mencoba. Karena kebanyakan dari mereka yang sudah mencoba memberikan komentar positif akhirnya semakin viral-lah Mie Banglades ini. 

2. Mie Banglades " Warkop Agam"




Sebenarnya banyak sekali warkop Mie Banglades yang bermunculan di Jabodetabek, termasuk di dekat kantor saya daerah Rawamangun dan dekat rumah saya daerah sekitaran Cibubur. Tetapi saya memilih Warkop Agam yang di Cibubur atas rekomendasi Pak Suami. 


Bagaimana rasanya? Untuk saya yang menyukai tipikal mie nyemek, Mie Banglades ini cocok di lidah saya. Apalagi ketika puding telurnya kita aduk bersama mie, rasa creamy-nya bercampur dengan bumbu mie yang kaya rempah jadi terasa unik dan enak. 
Kalau untuk harga, menurut saya memang lebih mahal daripada mie instan yang dijual di warkop biasa. Tetapi, rasanya masih cukup masuk akal karena keunikan rasanya dan ambiance tempatnya yang luas dan asyik untuk tempat nongkrong.   
Kalau untuk minumannya, kalian bisa mencoba kopi sanger khas Aceh. Kopi sanger ini perpaduan kopi, susu kental manis, dan gula. Ada yang menarik dari asal usul kopi ini disebut kopi sanger. Konon sanger itu berasal dari singkatan "same-same ngerti" yang maksudnya pemilik warung kopi diharapkan mengerti kondisi kantong pelanggannya yang rata-rata mahasiswa yang nongkrong di sekitar sana. Maka dibuatlah takaran kopi yang lebih sedikit dibandingkan kopi susu pada umumnya agar harganya bisa lebih murah. 
Selain takaran kopinya, kopi sanger juga memiliki keistimewaan dalam cara pembuatannya. Pertama, bubuk kopi hitam dimasukkan ke dalam saringan kain. Lalu perlahan-lahan, air yang telah mendidih dengan tingkat kepanasan tertentu akan diambil dan dituangkan ke dalam saringan tersebut selama beberapa kali. Kemudian kopi yang telah disaring tersebut akan di tarik panjang selama beberapa kali juga, secara bergantian akan berpindah dari mug satu ke mug yang berbeda secara berulang. Proses ini dilakukan oleh seorang joki (ahli menarik kopi) selama beberapa kali agar mendapatkan campuran yang pas. Secara sederhananya bisa dibilang pembuatan kopi sanger ini mirip dengan cara pembuatan teh tarik ala melayu.  


Untuk suasananya, Warkop Agam ini cukup nyaman meskipun tidak ber-AC karena celling-nya tinggi dan ruangannya sangat luas. Tempat duduknya pun diatur berjarak dan di setiap tempat duduk tersedia terminal listrik untuk pengisian daya. Jadi wajar saja kalau warkop ini buka di sekitar kampus, maka akan selalu penuh dengan pengunjung mahasiswa-mahasiswa yang "ngopi" sambil ngerjain tugas atau menunggu jam kuliah selanjutnya.
Jadi, kalau kalian penasaran ingin mencoba Mie Banglades, saya merekomendasikan untuk datang ke Warkop Agam ini. Nilai Mie Banglades-nya 9 dari 10. Kenapa bukan 10? Karena 10 adalah nilai sempurna, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
Selamat mencoba !!!


Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI     








No comments