Wanita Berdaya Jangan Mau Diperdaya








Akhir-akhir ini sering sekali melihat berita tentang kekerasan terhadap perempuan. Dan mirisnya, pelaku yang melakukan kekerasan justru seseorang dari lingkungan terdekat yang seharusnya menjadi sosok pelindung, bukan malah jadi perundung. Bahkan kekerasan dilakukan di tempat yang mestinya menjadi tempat teraman bagi perempuan. Sepertinya dunia ini memang sudah semakin tidak ramah pada perempuan. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai perempuan? 

Sebelum membahas tentang bagaimana sebaiknya yang kita lakukan sebagai perempuan agar terhindar dari tindak kekerasan, yuk kita bahas dulu kira-kira apa saja sih penyebab-penyebab yang memicu terjadinya kekerasan pada perempuan.

1. Masalah Ekonomi

Di Indonesia sendiri, masalah ekonomi menjadi salah satu permasalahan terbesar yang memicu tindak kekerasan terhadap perempuan. Mulai dari tidak stabilnya kondisi ekonomi keluarga, tingginya tuntutan atas pendapatan yang tidak bisa dipenuhi oleh kepala keluarga, sampai ketidakmandirian perempuan sebagai istri yang menopang sebuah rumah tangga. Parahnya lagi, apabila kondisi ini diperburuk dengan kebiasan suami yang suka berjudi, terlebih sekarang begitu marak kasus judi online yang bisa dengan mudah menjerat siapa saja. Ujung-ujungnya ketika suami terjerat hutang, maka pelampiasan paling mudah adalah si istri. Dari sinilah sumber kekerasan dalam rumah tangga dimulai.
Dari data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, terlihat dengan jelas kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2024 (Januari sampai Agustus) yang dilakukan pelaku berdasarkan status hubungan, tertinggi pertama pada hubungan pacar/teman kemudian tertinggi kedua pada hubungan suami-istri.

 
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan

Data diatas hanya sebagian dari kondisi sebenarnya yang terjadi di masyarakat kita, karena kasus kekerasan terhadap perempuan ini banyak sekali yang tidak menguap ke permukaan dengan berbagai alasan. Saya sendiri pernah menjadi saksi bagaimana teman dekat saya bertahun-tahun menjadi korban kekerasan dari suami sendiri dan menutup rapat-rapat dengan dalih hal tersebut merupakan aib keluarga. Dia merasa sebagai istri tidak bisa membantu perekonomian keluarga sehingga beban ekonomi yang ditanggung sang suami membuatnya stress dan melampiaskan padanya dalam bentuk kekerasan fisik dan psikis. 
Normalisasi tindakan kekerasan yang tidak normal ini lama-kelamaan menjadi kebiasan yang pada akhirnya si suami tidak merasa kalau tindakannya itu salah. Bahkan ketika anak-anak mereka harus menyaksikan tindak kekerasan itu secara langsung. Bayangkan, bagaimana trauma yang dialami anak-anak mereka melihat ibunya diperlakukan tidak manusiawi oleh ayahnya sendiri. Efek buruknya, tentu saja bisa jadi si anak menjadi takut untuk menjalin hubungan dekat dengan lawan jenisnya, atau bisa juga si anak akan mencontoh perbuatan ayahnya dan tindak kekerasan ini menjadi efek domino yang terus berkelanjutan.

2. Budaya Patriarki

Budaya patriarki ini juga menjadi salah satu penyebab utama kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Budaya patriarki ini secara harfiah di masyarakat kita diartikan bahwa posisi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, dimana seorang ayah atau suami memiliki kekuasan tertinggi dalam keluarga sehingga mengharuskan perempuan untuk menjadi pihak yang ketergantungan pada laki-laki. Karena itu perempuan jadi merasa lemah dan tidak berdaya kemudian berpikir bahwa dirinya tidak berhak untuk bertindak sebagai pengambil keputusan dalam keluarga.  

Banyak sekali contoh di sekitar saya, perempuan-perempuan dengan latar belakang pendidikan yang bagus dan kompetensi kemampuan yang mumpuni akhirnya terpaksa harus memilih menjadi ibu rumah tangga karena mengikuti perintah suami. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pilihan menjadi ibu rumah tangga karena hal tersebut merupakan tugas yang sangat mulia. Tetapi kalau pilihan itu diambil atas dasar paksaan, tentu saja rasanya jadi tidak adil bagi perempuan. Hal itu juga termasuk kekerasan psikis terhadap perempuan yang seringkali tidak mendapat cukup perhatian.

3. Perselingkuhan


Selama tahun 2024 ini, rasanya timeline media sosial saya dan teman-teman pasti dipenuhi banyak sekali berita tentang perselingkuhan selebritas kita yang tidak ada habisnya. Mulai dari perselingkuhan mantan kiper nasional Kurnia Mega, sampai perselingkuhan suami mantan atlet Anggar yang juga seorang selebgram Cut Intan yang juga memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Video kdrt-nya viral dan membuat semua orang yang melihatnya marah besar. Bagaimana tidak, suami yang seharusnya menjadi support system terbaik untuk istri yang baru saja melahirkan, justru menyiksa istrinya dengan membabi buta karena perselingkuhannya diketahui sang istri. Dan ternyata, kekerasan yang dilakukan suaminya itu sudah terjadi berkali-kali. Lalu apa sebenarnya yang membuat istrinya bertahan? Padahal dia itu perempuan yang mandiri secara finansial, pun memiliki paras cantik rupawan dan usia yang masih terbilang muda. Kalau alasannya tentang anak-anak yang kasihan kalau sampai kehilangan sosok ayahnya? Lalu apakah pantas seorang anak melihat perlakuan ayahnya yang brutal terhadap ibunya secara terus-menerus begitu? Entahlah, saya percaya Cut Intan pasti memiliki alasannya sendiri, meskipun sebagai sesama perempuan saya cukup sulit  memahami dan mencari-cari alasan yang masuk akal.


Bagaimana cara kita sebagai perempuan agar terhindar dari tindak kekerasan?

Sebenarnya tidak ada cara yang sudah terbukti efektif untuk terhindar dari tindak kekerasan terhadap perempuan seperti yang marak terjadi akhir-akhir ini. Tetapi, menurut saya ada beberapa tips yang bisa kita lakukan sebagai perempuan sebagai antisipasi.

1. Jadilah Perempuan yang Berdaya

Perempuan berdaya bukan berarti harus menjadi wanita karir dan sejenisnya. Perempuan berdaya bisa saja sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tetapi bisa menghasilkan pendapatan sendiri yang membuatnya tidak bergantung 100% pada suami. Saat ini banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakan tanpa harus terikat jam kerja, contohnya saja konten kreator, blogger, data entry, dll. Asalkan kita mau konsisten dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Bagi perempuan, merasa berdaya bisa membuat rasa insecure kita berkurang. Kita jadi merasa berharga dan lebih mencintai diri kita sendiri. Kalau sudah mencintai diri kita sendiri, tentunya kita akan lebih menghargai diri kita dan tidak akan membiarkan suami kita melakukan kekerasan baik fisik maupun psikis. Dan kalau kekerasan itu sampai terjadi, maka kita tanpa ragu bisa langsung pergi dan mungkin akan melaporkan tindak kekerasan itu ke pihak berwajib agar diproses lebih lanjut sehingga bisa memberi efek jera. Karena percayalah, kekerasan yang sudah terjadi sekali kalau dibiarkan maka akan kembali diulangi berkali-kali. Jadi, jangan mau diperdaya oleh pelaku kekerasan dengan janji-janji manis yang tidak akan pernah terjadi.

2. Belajar Bela Diri

Sebenarnya ini salah satu solusi yang tidak bisa dijadikan solusi, karena bagaimanapun juga kita sebagai perempuan pasti memiliki tenaga dan kekuatan yang tidak sebanding dengan laki-laki. Tetapi dengan belajar ilmu bela diri, setidaknya kita sudah membekali diri dengan teknik-teknik perlawanan sehingga kalau sampai tindak kekerasan itu harus kita alami, maka efeknya tidak terlalu parah mencederai diri kita sendiri.
Selain untuk antisipasi, belajar bela diri ini juga cukup bagus untuk ketahanan fisik kita apalagi untuk perempuan yang usianya sudah 30-something seperti saya. Dengan latihan rutin, kita bisa menjadi lebih bugar dan sehat. Bonusnya, ketika kita memiliki tubuh yang ideal maka tingkat kepercayaan diri kita akan meningkat dan kita akan menjadi lebih mencintai diri sendiri.


Jadi, mari kita menjadi perempuan berdaya. Dan jangan apatis apabila ada perempuan lain yang sedang tidak berdaya. Jadilah support system yang baik bagi sesama perempuan. Semoga kita semua bisa terhindar dari tindak kekerasan baik fisik maupun psikis. Cintailah diri kita sendiri, dan jangan biarkan siapapun menyakiti diri kita. Percayalah, kita sebagai perempuan sangatlah berharga.


Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI










No comments